Serang, 1 Februari 2024 – Pengajian bulanan guru Pesantren Terpadu Insan Cita Serang kembali digelar dengan penuh kekhidmatan. Acara ini berlangsung di Masjid Al-Iman pada hari Sabtu, dengan menghadirkan K. H. Sudarman Ibnu Murtadho, Lc., selaku pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Insan Cita Serang. Dalam ceramahnya, beliau membahas tema yang sangat mendalam dan relevan dalam kehidupan seorang muslim, yaitu tentang bersyukur kepada Allah.
*Pentingnya Bersyukur dalam Kehidupan Seorang Muslim*
Dalam kajiannya, K. H. Sudarman, Lc. menekankan bahwa bersyukur merupakan salah satu kunci kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup. Beliau mengutip firman Allah dalam Surat Luqman ayat 12:
"Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Berangkat dari ayat ini, beliau menjelaskan bahwa hakikat rasa syukur bukanlah untuk kepentingan Allah, melainkan untuk kebaikan diri kita sendiri. Ketika seseorang bersyukur, ia akan merasakan ketenangan, keberkahan, dan kebahagiaan dalam hidupnya. Sebaliknya, jika seseorang kufur terhadap nikmat Allah, maka ia akan kehilangan ketentraman dan berpotensi mendapatkan siksaan yang pedih.
*Tiga Macam Syukur*
Lebih lanjut, K. H. Sudarman menguraikan bahwa syukur terbagi menjadi tiga bentuk:
*Syukur dengan Hati*
Syukur di hati diwujudkan dengan keyakinan bahwa segala nikmat yang kita terima berasal dari Allah. Dengan izin dan kehendak-Nya, kita dapat menikmati segala kebaikan yang ada di dunia ini.
*Syukur dengan Lisan*
Syukur dengan lisan dilakukan dengan mengucapkan kalimat tahmid (Alhamdulillah) atas nikmat yang diberikan serta menyebarkan kebaikan dengan menyebut bahwa semua nikmat berasal dari Allah, bukan sekadar hasil usaha manusia semata.
*Syukur dengan Perbuatan*
Bentuk syukur tertinggi adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk hal-hal yang diridhai-Nya. Contohnya, seseorang yang diberi nikmat ilmu hendaknya mengajarkannya kepada orang lain, dan seseorang yang diberi harta lebih hendaknya berbagi dengan yang membutuhkan.
*Mensyukuri Nikmat yang Sering Terlupakan*
Dalam ceramahnya, K. H. Sudarman, Lc. juga mengingatkan bahwa manusia sering kali lalai dalam mensyukuri nikmat-nikmat besar yang sebenarnya sangat berarti. Misalnya, anggota tubuh yang sehat, kemampuan melihat, mendengar, dan berbicara, yang sering kali dianggap biasa padahal merupakan anugerah luar biasa dari Allah.
Sebagai renungan, beliau mengajak para hadirin untuk membandingkan keadaan mereka dengan orang-orang yang kurang beruntung. "Ketika kita masih bisa beraktivitas dengan tubuh yang sehat, di luar sana ada banyak orang yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Ketika kita mengeluh dengan makanan yang kurang kita sukai, maka ingatlah bahwa masih banyak orang yang kesulitan untuk mendapatkan makanan," ujar beliau.
*Penutup: Melatih Diri untuk Bersyukur*
Sebagai penutup, K. H. Sudarman, Lc. menegaskan bahwa salah satu cara efektif untuk melatih diri agar senantiasa bersyukur adalah dengan melihat orang-orang yang keadaannya lebih sulit dibandingkan kita. Jika kita masih diberi kesehatan jiwa dan raga, masih bisa melihat, mendengar, dan berbicara dengan normal, maka sejatinya kita adalah orang yang kaya. Jika kita masih memiliki makanan untuk dimakan, baju untuk dipakai, dan bangunan untuk ditinggali, maka sesungguhnya hidup kita adalah impian bagi jutaan orang di luar sana.
Pengajian ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi para guru yang hadir. Semoga kita semua senantiasa diberikan hati yang lapang untuk selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya. Aamiin.